Pemuda itu namanya hamdan. Dia seorang pemuda yang tekun beribadah,
rajin mengaji tidak banyak cakap tapi pekerja keras kalau kata iklan
“talk less do more”, mudah bergaul, ramah, baik hati dan tidak sombong,
gemar manabung ga ya??? Tapi dia bukan berasal dari keluarga ulama
melainkan dari keluarga yang
biasa-biasa saja semangat ibadahnya.
Dialah yang jadi penyemangat ibadah keluarganya. Pada suatu hari…di
masjid hamdan biasa mengaji datanglah seorang gadis cantik, sholehah,
dia juga seorang mubalighod. Gadis itu berasal dari kota sebrang. Ketika
melihat gadis itu hati hamdan langsung bergetar tapi dengan cepat
hamdan langsung menundukkan pandangan kemudian berpaling dari gadis itu,
hamdan takut pandangannya berubah jadi nafsu yang di hias-hiasi
syaiton.
Hamdan memang sangat taat beribadah termasuk dalam menjaga hatinya dari
cinta yang belum waktunya. Memang gadis itu dambaan semua pria termasuk
hamdan. Hamdan berkata dalam hati “Subhanalloh gadis itu cantik sekali
tapi sayang aku bukan siapa-siapanya dan tidak berhak memandangnya
terlalu lama”. Hari demi hari akhirnya hamdan kenal dan akrab dengan
gadis itu karna setiap acara pengajian mereka selalu bertemu.
Owh iya lupa nama gadis itu dini. Dini
mulai akrab dan terbiasa dengan teman-teman barunya termasuk hamdan.
Hamdan pun senang karena bisa akrab dengan dini, tapi hamdan selalu
berusaha menetralisir hatinya terhadap dini karena hamdan belum berani
mengubah rasa senang itu menjadi cinta. Hamdan punya anggapan bahwa
berani mencintai harus berani menikahi sehingga cinta itu bisa terjaga
dari godaan syaiton, sedangkan pada saat itu hamdan merasa belum mampu
untuk menikah.
Dalam do’anya hamdan selalu meminta pada Alloh, berikut isi do’a hamdan kepada Alloh :
“Ya Alloh aku menyukai seorang gadis bernama dini, tapi demi menjaga
hatiku agar selalu tetap mencintaiMU, agar bisa jauh dari nafsu semata,
agar tetap bisa menjalankan perintahMU bahwa jangan dekat-dekat dengan
zina aku belum berani mencintainya, karena saat ini aku merasa belum
mampu untuk menjadi halal baginya. Semua ini aku lakukan karena cintaku
padaMU jauh lebih besar Ya Alloh jadi aku berusaha mengalahkan syaiton
yang menggoda imanku dengan cintaMU. Maka dari itu aku menitipkan dia
padaMU karna dia seutuhnya milikMU dan pada saat aku siap menjadi halal
baginya dengan ridhoMU aku ingin meminta dia dariMU dan semoga engkau
masih menjaganya untukku, jadikan dia jodoh yang baik bagiku. Saat ini
aku ingin mempersiapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik untuknya.
Apabila di tengah jalan dia diambil orang itu semua di luar kuasaku
melainkan di dalam kuasaMU, yang pasti demi menjaga hatiku pada Alloh
aku sudah memintanya padaMU lebih dulu dan aku yakin Alloh meridhoi niat
baikku ini…Amiiin”
Hari demi hari tidak ada hubungan yang special antara hamdan dan dini,
tidak ada komunikasi yang berarti kecuali masalah-masalah penting
mengenai kegiatan-kegiatan masjid. Dini pun sama sekali tidak merasa
kalau hamdan menyukainya karna sikap hamdan yang biasa-biasa saja.
Banyak pria yang mengungkapkan rasa cintanya pada dini, baik itu yang
sudah siap nikah maupun hanya sekedar suka-sukaan, hamdan pun
mengetahuinya namun dia tetap percaya pada do’anya dan membiarkan dini
dengan pilihannya. Tapi ternyata di antara sekian banyak pria yang
menyatakan cinta pada dini belum ada yang membuat dini tertarik karena
pada saat itu dia juga belum siap untuk menikah. Akhirnya keberanian
hamdan untuk mewujudkan keinginanya terkumpul sudah, dan pada saat itu
sepengetahuan hamdan dini sedang tidak dekat dengan siapa-siapa,
sehingga hamdan mulai merutinkan sholat iskhoroh untuk dini sampai
kira-kira satu bulan lamanya. Setelah benar-benar merasa yakin hamdan
memberanikan diri mengutarakan isi hatinya pada dini, bukan tentang
perasaannya terhadap dini melainkan tentang niatnya untuk melamar dini.
Pada saat itu hamdan menemui dini di rumahnya bersama temannya.
“Assalamu’alaikum”
“Waalaikumussalam”
“Din bisa ganggu sebentar”
“Ada apa mas”
“Ada yang mau saya bicarakan”
“Owh ya udah masuk aja mas”
“Terimakasih”
“Ehhhmm gini din niat saya kesini mau menyampaikan sesuatu”
“Menyampaikan apa mas”
“Saya berniat melamar kamu din”
Pada saat dini mendengar niat hamdan untuk melamarnya dini kaget bukan
kepalang. Selama ini hamdan tak pernah terlintas sama sekali di
pikirannya apalagi di hatinya meskipun dia tau hamdan orang yang baik.
Tapi dini berusaha menghargai niat hamdan, dia bertanya pada hamdan
“sampeyan benar-benar yakin mas mau melamar aku??”
“Iya saya yakin din”
“apapun hasilnya?”
“iya apapun hasilnya saya terima, itu semua di dalam kuasa Alloh saya hanya bisa mengusahakannya”
“Baiklah saya menghargai niat baik sampeyan, tapi saat ini saya belum
siap menikah sampai tahun depan, kalau sampeyan mau menunggu saya
silahkan tapi kalau engga juga ga apa-apa, jodoh itu kuasa Alloh”
“Baiklah saya terima keputusan kamu din, kita serahkan semua pada Alloh,
terima kasih telah memberikan kesempatan pada saya untuk mengutarakan
niat baik saya ini”
“Iya sama-sama”
“Assalamualaikum”
“Waalaikumussalam”
Setelah mendengar jawaban dini hamdan dan temannya pamit pulang. Dalam
hati hamdan sedih tapi dia juga senang karena pada dasarnya dini tidak
menolaknya hanya menunda keputusannya, dia masih yakin dengan do’anya.
Dini pun masih terkaget-kaget dengan sikap hamdan padanya, dia cerita
dengan beberapa teman dekatnya mengenai hamdan. Teman-temannya yang juga
mengenal hamdan menyarankan supaya dini menerima lamarannya. Dini pun
bingung, akhirnya dia mencoba merutinkan istikhoroh untuk hamdan. Tapi
lama kelamaan tidak ada kabar lagi dari hamdan. Seperti ada penyesalan
di hati dini kenapa dulu tidak menerima lamaran hamdan karena sekarang
dini merasa hamdan menjauh darinya. Akhirnya setelah beberapa bulan
tidak ada kabar hamdan datang lagi pada dini dan masih mengutarakan niat
yang sama. Dini pun merasa yakin bahwa hamdan tidak main-main, Akhirnya
dini menerima lamaran hamdan dan mereka pun menikah dengan ridhonya
Alloh. Hati mereka selama ini sama-sama terjaga hingga akhirnya di
persatukan dalam ikatan yang suci.