Berbicara tentang kerinduan itulah yang sedang menimpaku…..
Berbicara tentang cinta itulah yang dari 2 tahun yang lalu sudah ku rasakan….
Kalau
boleh JUJUR saat ini ku merasakan kerinduan yang mendalam, ku merasakan
kehilangan sesuatu yang
dulu ku berusaha SETIA pada nya.
Yang menjadi pertanyaan ku saat ini, Apakah Rasa yang sekarang berada pada puncak kegalauan ini akan terbalas?
DUA
tahun bukan waktu yang sebentar untuk saling mengenal, memahami dan
mengerti satu sama lain. DUA tahun juga bukan waktu yang singkat, sudah
banyak yang kulakukan bersama rasa Cinta ini. 2009 menjadi awal
pijakanku di Bumi Priangan ini, tak berpikir sebelumnya kalau pada
akhirnya aku bisa menginjakkan kaki ini di tanah Sunda. Tanah yang dulu
hanya bisa ku lihat sesaat di Televisi, tanah yang dulu hanya ku
nyanyikan sebagai lagu wajib ketika berada di Sekolah Dasar, BANDUNG
kini menjadi bagian dalam sejarah hidupku, menjadi saksi akan
perjuanganku menjalankan amanah ini. Bandung kini telak menjadi lautan
aksi menuntut ilmuku.
Flash Back Awal berada disini, tekad suci akan kuawali dengan mencari
keluarga baru dimana keluarga yang bisa membuatku nyaman dan terjaga.
Satu hal yang ku pikirkan adalah jauhnya Bandung ini dengan tanah
kelahirannku sehingga menjadi tembok pemisah antara ku, kedua orang tua
dan adik-adikku. Walaupun sejatinya bukan terpisah hanya terbatas oleh
ruang dan waktu. Kami terpisah dengan pautan 12 jam. Bukan waktu yang
lama bukan??
Kampus Peradaban, Sebut saja dengan nama itu, kampus yang terhitung mulai tahun 2009 hingga saat ini yang menempatkan ku berstatus MAHASISWA. Kampus yang menjadi tempat pertama ku untuk mengenal kota Bandung . Di dalamnya terdapat suku bangsa dari berbagai wilayah, dari sabang hingga merauke. Sebagai orang Jawa Tulen tentu merasa kikuk dengan kondisi yang beragam seperti ini. Terlebih masalah bahasa. Tapi..tak menjadi Barrier yang besar kala itu karena ternyata banyak juga mahasiswa baru yang sesuku dengan ku.
Pertama yang ku pikirkan adalah bagaimana aku bisa Survive di tanah baru ini, bagaimana aku bisa konsisten menjaga amanah dari orang tuaku khususnya serta bagaimana aku dapat mengembangkan kompetensi dengan beranekaragam situasi yang tak kukenal sebelumnya. Maklum sekarang berada di Kota Bandung yang terkenal dengan gemerlap kemewahan. Menginjak bumi kampus hal pertama yang kulirik adalah “Agama” yah… yang berbau religi menjadi pilihan utama ku, kenapa? lingkungan yang religiuslah yang akan membawa ku menjadi lebih terjaga karena di dalam lingkungan itu pasti terdapat orang-orang yang terjaga pula. Beruntung saat itu ku bersama karibku dari tanah kelahiran yang sama. Dia pun adalah orang yang sudah paham mengenai agama.
Pengenalan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) saat PPI (Pengenalan Program Institusi) atau kalau di kampus lain familiar disebut dengan OSPEK pun telah ku dapatkan. Al hasil satu yang ku pilih dan mantap untuk bergabung bersama mereka. Inilah yang ku sebut sebagai CINTA ku. Ketika bergabung bersama CINTA ini rasa nyaman dan terkondisikan yang kurasakan. Moment rutin Ta’aruf menjadi moment pertama ku mengenal CINTA ku ini. Sosok-sosok yang teduh ku dapatkan di tempat ini. Sosok yang anggun selalu menyapaku dengan pelukan yang begitu mesra, layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk asrama. Sungguh Pencitraan pertama yang membuatku terbius oleh pesona CINTA yang di balut dengan senyum persaudaraan.
Tak berpikir panjang lagi, ku isi formulir bukti kesediannku bergabung bersamanya. Bismillah. Saat itu ku lafadzkan dengan niat ingin memperbaiki diri. Prosesi bergabungpun telah ku lalui dan akhirnya ku resmi berstatus menjadi kader CINTA. Hari-hari di kampus banyak ku lalui dengan kegiatanku di Rumah Allah. Yah..Rumah Allah itulah yang menjadi saksi atas keberadaan ku disana. Ditempat itu ku mengenal istilah Ikhwan dan Akhwat. Mengenal arti ukhuwah, mengenal arti berhijab dimana istilah-istilah itu belum familiar di telingaku. Sekedar bocoran sedikit, aku yang dahulu bukanlah sosok yang berhijab karena aku tak dikenalkan dan belum mau mengenal akan hal itu. Tapi itu masa lalu yang hingga detik ini menjadi hikmah untukku, menjadik bahan renungan ketika dalam keadaan futur. Sudah..hanya sedikit yang bisa saya ceritakan. Kembali pada fokus utama .
Tentang CINTA ini..banyak suka dan duka ketika masuk di dalamnya. Seperti hal nya kata kebanyakan orang, bahwa mencintai itu akan membawa kebahagian sekaligus kesedihan tergantung bagaimana kita menyikapinya. Ukhuwah yang menjadi pondasi awal ini membawaku untuk memaknai perjuangan yang dilakukan secara berjamaah. Hingga suatu hari, ketika angkatan ku yang masih berumur jagung ini harus kehilangan sosok yang dulunya selalu hadir dan memberikan pengarahan pada kami. Masalahnya bisa dibilang sangat krusial karena perbedaan cara pandang yang menyebabkan tidak terjadi penyatuan suara. Dan itu hanya pada kubu tertentu sehingga menciptakan iklim yang tidak kondusif. Sampai pada kepengurusan dimana angkatanku sudah berhak menjadi bagian dari kepengurusan, saat itulah titik kulminasi perpisahan ini. Satu persatu berguguran melepaskan diri dari ikatan CINTA ini.
Satu persatu pula menjauh dari kami. Apa yang kurasakan saat itu?
Goncangan yang lumayan hebat terjadi padaku. Sosok senior yang ku anggap
sudah paham, sedikit demi sedikit meninggalkan ranah CINTA hingga pada
akhirnya kami sebagai pengurus baru harus merintis mulai dari awal lagi
dengan kemampuan yang kami miliki. Satu hal yang kurasakan saat itu,
kekuatan UKHUWAH yang begitu luar biasa. Kami, ikhwan dan akhwat yang
notabenenya sebagai anggota baru sama-sama menyokong keberlanjutan peta
dakwah ini. Duka tentu pernah kami alami ketika kami harus mendengar
hujatan, perbincangan di luar sana. Semua duka yang pernah kami alami
terkadang tidak kami rasakan saat kami bisa mengajak kader-kader baru
yang bisa berjuang bersama dalam menegakkan kalimat LAILAHAILLALLAH.
Dan tak terasa hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan akhirnya telah ku lewati. Sampai pada 2012 Perjuangan bersama CINTA ku kini telah membawaku pada sebuah perubahan, membawaku memahami hakikat ISLAM yang sesungguhnya. Saudara-saudaraku semuslimpun kini kian bertambah. Penguatan-pengutan telah ku dapatkan. Adik-adik binaan pun sudah menjadi sosok yang terkondisikan. Walaupun secara kuantitas masih sangat sedikit tapi ku yakin kuantitas bukanlah apa-apa ketika kualitas kader tidak dijaga.
Sekarang menginjak tahun 2012, tepat 1 maret pengabdian ini secara formal berakhir. Yah..hanya SECARA FORMAL saja berakhir,,, jauh dalam lubuk hati ini, jiwa dan raga ini masih menyatu dalam balutan CINTA. Kader-kader baru kini telah tercetak dan menduduki posisi masing-masing. Secara kuantitas sayangnya menurun tapi taka pa kuantitas sedikit tapi semangat untuk berdakwah ku yakin tetap berkobar. Secara pribadi harapan banyak ku impikan pada kepengurusan sekarang. Harapan untuk menambah kuantitas dan kualitas, harapan untuk memperbaiki citra CINTA di lingkungan Kampus dan satu lagi harapan yang dalam jangka dekat ini ku ingin merasakannya yaitu harapan bisa berkumpul lagi dengan pengurus baru. Rindu…setelah beberapa bulan lepas, rindu akan hangatnya ukhuwah. Saat ini ku tak mengenal lagi sosok CINTA secara keseluruhan, mungkin karena aku yang tak lagi mengupdate berita. Tapi tidak juga… yang ku rasakan sekarang adalah rasa rindu yang begitu dalam. Rindu akan nuansa perjuangan untuk menebarkan Islam di kampus tercinta. Perjuangan yang dulu penuh dengan rasa ukhuwah yang begitu indah hingga tak bisa lagi kulukiskan bagaimana indahnya kebersamaan bersama saudara ku se iman.
Ukhuwah itu memang senikmat berbagi (Salim A. Fillah), Ukhuwah itu diawali dari ketulusan hati kita untuk berbagi dengan sesame karena ketika kita hanya menunggu orang member maka tak kan kita dapatkan ukhuwah yang nikmat itu.
Rabb… Engkau yang Maha Berkehendak dan Engkau Maha Membolak-balikkan hati. Engakaulah yang mengerti betapa diri ini rindu padanya. Rindu pada insan yang bernama CINTA.