Search This Blog

Hanya Kau Yang Bisa

*Pengenalan Tokoh Utama*
Parasnya yang ayu, jalannya yang anggun, pakaiannya yang sopan, sikapnya yang lemah lembut, senyumnya yang khas, membuat semua orang yang berada di dekatnya sangat tak ingin kehilangan sosok gadis itu.
Namanya Kiena, dia gadis yang sangat rendah hati dan ceria. Orang-orang yang berada di dekatnya pun nyaris tak pernah melihat setetes pun air mata yang jatuh membasahi pipi Kiena. Dan mereka sering bertanya-tanya mengapa Kiena seperti nya sangat senang menjalani hidup ini bagaikan tanpa masalah, namun Kiena hanya membalas pertanyaan teman-temannya itu dengan sebuah senyuman.

*Saat Di Kuliahan*
"Naa... Kamu udah ngerjain tugas dari Pak Gunawan?" Kata Dinda teman sekampus Kiena.
"Hmm?" Jawab Kiena sambil mengingat-ingat.
"Udah atau belum?" Tanya Dinda sekali lagi.
"Oh... Yang mana yah?"
"Yaah diaa.. beuuuhh... Itu loh yang di suruh bikin makalah tentang manajemen keuangan."
"Oh.. Udah.. Udah.. ada di tas, dari waktu itu juga udah selesai kok.."
"Enak banget, kok aku belum selesai yah? Kamu apa sih resepnya ko bisa cepet banget ngerjainnya?"
"Hehe.. Waktu yang aku punya ga banyak, sedangkan yang harus aku lakukan itu banyak."
"Itu doang? Gimana bisa?"
"Intinya.. hargai waktu :D "

Dinda hanya terdiam dan mencoba untuk mencerna perkataan yang keluar dari mulut Kiena, tapi sampai keesokan harinya, kata-kata itu pun masih menjadi sebuah misteri yang belum bisa dipecahkan. Kebetulan rumah Dinda dan Kiena berdekatan, akhirnya Dinda segera menanyakan kembali apa yang di maksud oleh Kiena, karena dia masih belum mengerti dan tugas dari Pak Gunawan belum terselesaikan.
“Kienaa... Aku mau nanya lagi !”
“Kamu mau nanya apa sih? Nanya mulu.. hihihi”
“Langsung ke intinya aja deh yaah, bantuin aku donk naa buat ngerjain tugas nya Pak Gunawan.. yah yah yah ;)”
“Emang apa sih susahnya? Tinggal nyari inspirasi di google terus edit sedikit kata-katanya, tambahin aja sama ilmu yang kamu punya tentang materi itu.”
“Yaah...” Jawab Dinda sedikit kecewa.
“Oh iyaa... coba deh kamu bayangin, fikirin sama kamu. Ayah kamu tiba-tiba males buat kerja, males aja deh pokoknya.”
“Yahh.. kalau males gimana aku bisa makan sama keluarga aku yang lainnya, bahaya tuh kalau papah aku jadi males gitu.”
“Sip, jawabanmu tepat sekali. Males itu adalah sikap yang negatif, dan hasilnya pun bakalan negatif. Buat diri sendiri atau bahkan buat orang lain. Sekarang kamu itu lagi mengidap penyakit MALES stadium.... euumm..”
“Oh tidak mungkin Kiena sayang, aku ini anak nya rajin kok.. Liat aja, besok tugas dari Pak Gunawan udah selesai.”
“Kamu yakin waktu yang kamu punya itu banyak?”
“Hmm.. 24jam cukup kan?”
“Cukup?”
“Ih Kiena apa-apaan sih ah.. aku jadi serem kalau ditanyain gitu terus sama kamu..”
“Hahahahaha... Aku selalu mikir, gimana kalau tiba-tiba kaki aku gak bisa aku gerakin lagi, tangan aku juga tiba-tiba kaku, aliran darah aku berhenti, mata jadi kunang-kunang, aku juga gak bisa nafas lagi, dan itu terjadi ketika aku memikirkan hal ini.. Aku selalu saja membayangkan bagaimana jika itu semua terjadi.”
“Ih.. Kiena.. Lagi-lagi aku jadi parno nih, asli ini aku takut banget dengernya..”
“Kenapa harus takut? Bukannya itu semua bakal kita alamin kan?”
“Yaa tapi kan aku gak mau itu semua terjadi sama aku atau kamu sekarang juga, masih banyak hal yang kurang di perhatikan dalam hidup aku.”
“Alhamdulillah, sekarang kamu udah ngerti kan maksud ucapan dari aku kemarin?”
“Hah?Hmm...” Dinda hanya menggaruk-garuk kepala tanda dia masih belum mengerti apa yang di maksud Kiena.

*Ketika Malam Tiba*
Tepat pada pukul 23.30 WIB, lagi-lagi Kiena tidak bisa tidur karena sibuk memanaje waktu agar semua yang dia harapkan dan ingin diperjuangkan bisa terwujud secepatnya. Harapannya dalam dekat ini sangat simple, dia ingin melihat adik-adiknya yang putus sekolah kembali bersekolah, dan ayahnya yang berhenti bekerja karena terkena PHK bisa menyambung kembali untuk bekerja. Dan ibunya berhenti menjadi seorang TKW di Negeri Arab sana. Dan untuk masalah pribadinya, Kiena ingin sekali penyakit yang di deritanya itu pergi yang jauh dan vonis dokter terhadap dirinya yang katanya masa hidup Kiena sudah tidak lama lagi karena penyakit yang di deritanya itu adalah kebohongan yang nyata, dan itu sama sekali mustahil. Kiena masih ingin hidup di dunia ini, karena Kiena ingin menjadi pribadi yang tangguh dan menyenangkan di mata orang-orang yang melihatnya dan tentu saja yang utama adalah di pandangan Tuhannya, Allah SWT karena Kiena menganut keyakinan Islam.

Setiap malam hari jika terbangun, Kiena selalu melakukan sholat tahajud, Kiena selalu berdo’a agar semua harapan yang sedang dia usahakan itu dapat terwujud sebelum semuanya terhenti. Meskipun Kiena masih ingin merasakan indahnya hidup di dunia, namun Kiena tak bisa mengelak jika masa hidupnya memang harus berakhir dalam waktu yang tak jauh dari ini, Kiena ikhlas jika dia harus mati.
“Asalkan aku gak diam, asalkan aku terus berusaha dan terus menggerakkan anggota tubuhku untuk melakukan hal-hal yang positif dan Allah mengizinkannya, aku akan tenang jika aku harus mati dalam waktu dekat ini.” Begitulah kata-kata Kiena kepada dirinya sendiri ketika sedang melakukan sholat tahajud.

Setelah melakukan sholat tahajud, Kiena langsung berbaring di atas kasurnya dan kemudian dia memejamkan matanya dan dia mulai tertidur.

*Pagi harinya*
Saat itu Kiena sedang memakai sepatu di depan rumahnya dan Dinda sedang berjalan melewati rumah Kiena ketika akan pergi ke kampusnya. Dan setelah Kiena selesai memakai sepatunya dia mulai berdiri, namun tiba-tiba saja Kiena terdiam sambil memegang erat kepalanya. Kiena merasa kesakitan dan menjerit-jerit karena saking sakitnya. Dinda yang melihat kejadian itu merasa kaget dan segera menghampiri Kiena, namun Kiena malah membalikkan tubuhnya karena tak ingin Dinda melihat keadaannya yang seperti itu. Tak lama dari itu Kiena terjatuh ke lantai, dan banyak darah yang keluar dari hidungnya. Dinda menangis melihat keadaan teman dekatnya itu lemah terkapar tak berdaya. Dinda tak menyangka bahwa orang sebaik Kiena dan seriang Kiena ternyata harus mengalami hal yang menyakitkan seperti itu.

Dinda langsung membawa Kiena ke dalam rumahnya, dan Dinda menanyakan keadaan Kiena kepada adik-adik dan ayahnya.
“Pak, sejak kapan Kiena seperti ini?” Tanya Dinda kepada ayahnya Kiena.
“Bapak sendiri juga tidak tahu nak kalau Kiena seperti ini, Kiena gak pernah kayak gini sebelumnya. Setau Bapak Kiena itu sehat-sehat saja.” Jawab ayah Kiena.
“Hmm... Masa sih Pak? Memangnya Kiena gak pernah cerita apa-apa gitu sama Bapak? Takutnya Kiena emang punya penyakit yang cuma Kiena sendiri yang tau.”
“Aduh, itu anak emang bandel.” Sambil menepuk jidatnya.
“Hmm.. Pak, gimana kalau bawa Kiena ke rumah sakit aja? Soal biaya udah biar Dinda aja yang minta tolong ke papah Dinda, gimana?”
“Iya, terimakasih yaa nak. Bapak cari dulu mobil”
“Nggak usah Pak, papah belum pergi kerja kok. Biar sekalian aja. Dinda telpon dulu deh papahnya.”
“Alhamdulillah, beruntung sekali Kiena punya teman dekat seperti Dinda.”
Dinda pun segera menelpon papahnya dan menceritakan kejadian yang baru saja terjadi terhadap Kiena temannya. Dan papahnya menyetujui keinginan Dinda untuk mengantarkan Kiena ke rumah sakit.

Dinda pun segera mengirimkan SMS kepada teman sekampusnya untuk memberitahu kan kepada dosennya bahwa Dinda dan Kiena tidak bisa hadir ke kampus hari ini di karenakan Kiena masuk rumah sakit.

*Ketika di Rumah Sakit*
Ketika sesampainya di rumah sakit Kiena langsung dibawa ke ruang UGD dan di periksa oleh dokter yang bersangkutan.

Setelah beberapa menit Kiena di periksa, kemudian dokter yang menangani Kiena keluar dari ruangan UGD tersebut. Ayah Kiena beserta yang lainnya langsung menanyakan bagaimana keadaan Kiena kepada dokter.
“Bagaimana keadaan Kiena anak saya, dok?”
“Mari ikut ke ruangan saya, hanya Bapak saja.” Jawab dokter serius.

Ayah Kiena pun segera mengikuti dokter ke ruangannya. Dan setelah sampai...
“Bagaimana Pak? Sebenarnya ada apa dengan anak saya? Apakah dia punya penyakit yang serius?”
“Benar Pak, penyakit ini sudah lama sekali di derita oleh Kiena anak Bapak, sudah sampai ke bagian otak kanannya.”
“Memang anak saya mengidap penyakit apa ya dok?”
“Ada tumor di otaknya, dan itu membuat Kiena selalu merasa kesakitan.”
“Apakah penyakitnya mematikan, dok?”
“Itu hanya Tuhan yang mengetahui, apa yang terbaik untuk Kiena saat ini. Namun memang, untuk saat ini di prediksikan hidup Kiena sudah tidak lama lagi, hanya tinggal beberapa minggu lagi. Karena penyakitnya memang sudah parah sekali.”
“Astaghfirullahaladziim.. Apakah masih bisa di sembuhkan dok penyakitnya? Adakah cara lain agar Kiena sembuh?”
“Satu-satunya jalan adalah melakukan operasi.”
“Berapa biayanya kira-kira dok?”
“Untuk pengobatan itu saya kisarkan sekitar 30jt”
“Astaghfirullahaladziim...” Gumamnya dalam hati sambil menundukkan kepalanya. “Baiklah dok, saya usahakan uangnya. Asal anak saya bisa sembuh dari penyakitnya.”
“Baiklah akan saya usahakan, tetap tegar dan terus berusaha Pak, bersabarlah semoga Allah senantiasa memberikan yang terbaik untuk Bapak dan keluarga Bapak.”
“Terimakasih dok atas bantuannya. Kira-kira, kapan Kiena bisa melakukan operasi?”
“Secepatnya.. Besok, bagaimana?”
“Iya dok, terimakasih. Saya akan membicarakan hal ini dulu kepada Kiena.”
“Yaa..”
“Permisi dok.”
“Yaa silahkan... :) ”

*Kamar Kiena*
Ayahnya pun masuk ke kamar tempat Kiena di rawat, ayahnya melihat Kiena sedang tertidur. Lalu ayahnya duduk di samping Kiena, ayahnya menatap dalam-dalam wajah Kiena, kemudian ayahnya menangis dan berkata.
“Anakku sayang, kenapa kamu diam saja tak membicarakan hal ini kepada ayah? Kenapa kamu menyembunyikan hal ini sayang?”

Tak lama dari itu, Kiena terbangunkan dan langsung melirik ke wajah ayahnya yang sedang menangis. Kiena pun tersenyum melihat ayahnya menangis.
“Ayah, kenapa nangis yah?”
“Kamu kenapa senyum ngeliat ayah nangis?”
“Masa aku harus nangis juga yah? Ayah kenapa?”
“Ayah mau tau, kenapa kamu menyembunyikan penyakit kamu dari ayah? Kenapa kamu gak bilang sama ayah?”
“Ayah, ayah udah cukup pusing dengan masalah yang ayah punya. Kiena gak mau ngebebanin ayah sama penyakit yang Kiena punya. Kiena gak mau ayah stress mikirin Kiena, apalagi ayah juga kan baru aja ngalamin PHK. Kiena gak tega yah..”
“Kamu anak ayah ! Sesulit apapun masalah yang ada di hidup ayah itu gak akan berarti ketika masalah anak ayah lebih berat.”
“Begitu juga dengan Kiena yah.. Ketika Kiena punya masalah dan ayah juga punya masalah, yang Kiena pikirin itu cuma pengen ngebahagiain ayah.”
“Sudah... Besok kamu bakal di operasi, itu demi penyembuhan penyakit kamu.”
“Ayah, tapi uangnya dari mana? Udah Kiena ikhlas kok kalau Kiena harus mati dalam waktu dekat ini, berapa lama lagi Kiena hidup kata dokter yah?”
“Hanya dalam waktu beberapa minggu lagi.”
“Tuh kan, masih ada waktu beberapa minggu lagi. Udah Kiena mau pergi dari sini.. Kiena mau ngurusin urusan Kiena yang belum selesai.”
“Kamu masih sakit Kiena.. !”
“Kiena yakin Allah lebih tau segalanya tentang ayah, tentang Kiena. Kalau emang hidup Kiena udah gak lama lagi Kiena ikhlas yah, tapi sebelum Kiena mati Kiena pengen ngelakuin hal-hal yang bisa bikin Daffa, ayah, ibu sama Rini bahagia dulu, biar Kiena perginya juga tenang.”
“Emang kamu mau melakukan apa untuk ayah dan ibu?”
“Udah, yang penting Kiena sekarang harus keluar dulu dari rumah sakit ini. Lagian ini siapa sih yang bawa Kiena ke rumah sakit, emangnya ayah punya biaya buat bayar rumah sakit ini?”
“Biaya rumah sakit ini sudah di urus oleh Bapaknya Dinda temen kamu.”
“Hah? Dinda?”
Kiena pun langsung bergegas dari tempat tidurnya dan segera meminta pulang kepada dokter dan memastikan dirinya sudah tidak sakit lagi. Awalnya dokter tidak mengizinkan, namun karena Kiena yang memintanya dan keadaannya sangat menghawatirkan dokter pun mengizinkan Kiena untuk pulang.

*Dalam waktu 2 minggu*
Dalam waktu beberapa minggu ini Kiena sibuk mencari uang untuk membantu adik-adiknya agar bersekolah, dan beberapa kali mendatangi perusahaan yang pernah di tempati oleh ayahnya untuk bekerja. Kiena melakukan apa saja yang dia mampu agar semua harapannya itu bisa tercapai. Meskipun penyakit yang di deritanya kerap kali terasa ketika Kiena sedang sibuk mengurusi urusannya itu, namun karena Kiena yakin akan pertolongan Allah, Kiena terus berusaha agar semuanya terwujud.

Dalam waktu 2 minggu ini Kiena terus saja berusaha dan berdo’a, dan alhasil... sampai lebih dari sebulan pun Kiena masih tetap bisa menghirup udara dan bebas bergerak. Operasi yang sudah disepakati ayah dan dokter nya pun tidak dilakukan karena Kiena yakin Allah lebih tau segalanya. Semua yang di usahakan Kiena selama beberapa minggu ini tidaklah sia-sia. Secara perlahan, ibunya Kiena memutuskan untuk pulang ke rumah dan berhenti bekerja karena tak ingin jauh-jauh dari Kiena dan ingin mengurus Kiena agar tidak mudah capek dan lain sebagainya. Ayahnya pun kembali bekerja seperti semula di tempat kerjanya yang dulu karena ayahnya hanya di tuduh melakukan tindakan korupsi padahal ayah Kiena tidak bersalah, dan atasan ayahnya Kiena pun meminta maaf kepada ayah Kiena karena sudah melakukan kesalahan yang besar karena sudah memecat ayah Kiena.

Adik-adiknya pun bisa bersekolah karena hasil dari kerja ayahnya, dan uang gaji yang dibawa oleh ibunya dari Arab sana. Kiena sangat bahagia sekali dan bersyukur kepada Allah karena telah membantu mewujudkan segalanya, dan tentang penyakit yang di derita Kiena itu... dia hanya bisa berpendapat..
“Hanya Kau yang bisa merubah segala yang tidak mungkin menjadi mungkin.. dan yang mungkin menjadi tidak mungkin... :D”

Kiena pun kembali melakukan aktivitas rutinnya yaitu menjadi seorang mahasiswi yang rajin dan ulet, gadis yang riang dan tak pernah bersedih hati. Dinda sangat bahagia melihat sahabatnya sudah kembali sehat seperti sediakala, dia hanya berkomentar terhadap penyakit yang di derita Kiena..
“Entahlah apapun penyakitnya itu, dengan tekad dan do’a yang tiada henti dan ketulusan hati menerima segala kenyataan yang ada.. mungkin semua nya akan menghilang dan lenyap karena takut dengan kegigihan dan tekad yang bulat pada diri kita ... so.. i believe in miracle from Allah”
“Dinda, makasih yah udah mau bantuin aku kemarin ini.. sekarang udah ngerti belum maksud perkataan aku di bulan lalu?”
“hahaha.. iyaa sama-sama Kiena sayang, love you muah muah... Hmm.. ngerti lah sekarang mah, kamu kemarin ngomong kayak gitu gara-gara ngerasa hidup kamu bakalan the end kan? Padahal ngga..”
“hahaha tetep aja waktu itu harus di hargai, karena kematian itu pasti datang, tapi tentang waktu dan caranya itu yang kita gak tau gimana.. Intinya, Hanya Allah yang bisa mengubah segala hal yang di luar nalar kita..”
“Setuju...”
“hahahahaha” tawa keduanya.