Aku menempati kamar kosku yang baru di
kawasan sekitar kota dekat kampusku. Biaya perbulanya agak sedikit
mahal ya tentu saja karena dekat dengan Kampus. Ruangannya nyaman untuk
di tempati untuk mahasiswa sepertiku. Ruangan itu di cat hijau lembut.
Kamar itu berukuran 3x3 meter persegi. Ada satu
tempat tidur beserta bantal dan gulingnya, satu lemari plastik, satu set meja belajar, dan juga tentu saja ada kamar mandi.
tempat tidur beserta bantal dan gulingnya, satu lemari plastik, satu set meja belajar, dan juga tentu saja ada kamar mandi.
Aku segera menata baju-bajuku, perlengkapanku, memasang seprai untuk
tempat tidur, meletakan buku-bukuku di rak meja belajar. Setelah selesai
aku istirahat sebentar sambil membuka laptopku dan menyalakan musik
kesukaanku. Tidak lama kemudian aku tertidur. Sesaat setelah aku
tertidur aku melihat ada orang yang berjalan masuk ke kamarku menuju
kamar mandi. Aku tidak melihat wajahnya. Dia memakai baju berwarna serba
merah. Kulitnya putih sekali. Saat aku terjaga kemudian aku bangun, aku
kemudian menuju kamar mandi untuk melihat orang tadi.
“Hei siapa yang di dalam?” Kataku sedikit berteriak
Tidak ada jawaban.
“Heii!! Siapa yang di dalam?” kataku agak sedikit marah karena ada orang yang tanpa ijin memasuki kamarku.
Tidak ada jawaban lagi. Kali ini terdengar suara keran menyala
“Aku akan mendobrak pintu ini! Jika kau tidak menjawab” kataku sambil berusaha membuka pintu yang terkunci itu
Kali ini aku benar-benar akan mendobrak pintu ini. Entah yang di dalam laki-laki atau perempuan aku tak peduli. Urusan nanti dimarahi ibu kos karena merusak pintu kamar mandi itu masa bodoh. Aku sudah merasa jengkel sekarang. Dan, BRAAKKK! Pintu kamar mandi berhasil aku buka. Tapi aneh, tidak ada siapa-siapa di dalam. Kemana orang tadi pergi? Di sini tidak ada jalan keluar selain pintu ini. Apa aku yang salah terhadap pandanganku tadi? Ah ngga salah kok. Keran juga menyala seperti habis di pakai oleh seseorang. Lalu siapa orang tadi? Kemana orang itu pergi? Sesaat angin berhembus pelan menyapu bulu kudukku hingga berdiri. Aku merasa takut. Apa yang terjadi di sini?
***
“Eh mbak lihat orang masuk ke sini ga? Pake barju serba merah. Kulitnya putih banget” Tanyaku pada penghuni kamar kos yang lain
“Engga kok. Semuanya tadi pada tidur siang. Ga ada yang keluar kamar atau berjalan di sekitar sini apalagi masuk kamarmu”
“Haah? Beneran mbak?” rasa takut mulai menyelimutiku
“Iya beneran lah. Tadi yang di luar Cuma kita bertiga. Kita ga lagi bengong. Ada apa sih?”
“Ngga apa-apa kok mbak” kataku sekarang benar-benar takut
***
Aku menyeruput kopi panasku, sambil berusaha melupakan kejadian tadi. Kuputuskan Ruri, sahabatku untuk datang menemaniku sekarang.
“Dit, lo kenapa sih kok murung gitu?” Tanya Ruri
“Gue mau cerita sesuatu ma lo” kataku sambil duduk di tempat tidur
“Lo mau cerita apa?” jawab Ruri
Kemudian aku menceritakan semua kejadian tadi. Setelah selesai. Wajah Ruri tampak seperti sedang memikirkan sesuatu. Kemudian dia tertawa ringan dan mencubit pipiku.
“Haha. Dita, dita! Lo tu ada-ada aja. Mungkin lo lagi kecapekan kali makanya jadi kaya gini” kata ruri
“ah, tapi keranya beneran nyala kok, kayak habis di pakai” Jawabku yang tidak setuju dengan pendapat Ruri
“Udah lah dit. Lo tenang aja. Masa ada setan di siang bolong”
Aku tersenyum kecut. Perkataan Ruri memang ada benarnya. Aku merasa sedikit lebih tenang dan lega. Setelah itu aku dan Ruri memutuskan untuk berjalan-jalan di pusat kota. Benar-benar membuatku melupakan kejadian di kos itu.
Malam harinya, badanku terasa capek sekali. Aku kemudian mandi untuk menyegarkan badanku. Kemudian aku menyalakan laptopku sebentar dan mengirimkan e-mail kepada saudaraku. Menanyakan kabarnya di sana. Karena lelah, aku putuskan untuk tidur. Aku mengunci pintu kamarku supaya tidak ada orang yang masuk. Jendela di kamarku kubiarkan terbuka, Karena udara malam itu sedikit panas.
Malam itu kejadian tadi terulang. Antara masih bermimpi atau sudah terbangun aku kembali melihat orang yang berpakaian serba merah memasuki kamar mandiku. Dan bedanya sekarang orang itu berlumuran darah. Aku takut sangat takut. Aku tidak berani membuka mata. Aku putuskan tetap terpejam sambil berdoa.
***
Pagi harinya aku berniat akan menanyakan hal ini kepada ibu kos. Aku sudah tidak tahan terhadap semua ini. Ketakutanku tidak dapat di sembunyikan. Atau jika perlu aku akan pindah kos yang lebih baik. Jauh dari kesan menyeramkan.
Aku juga bertanya-tanya dari mana orang yang berpakaian serba merah kemarin masuk. Pintu kan sudah aku kunci? Masa lewat jendela? jelas tidak mungkin, karena tidak akan cukup jika di lewati orang. Atau jangan-jangan dia bukan orang melainkan..? ketakutanku makin bertambah
Aku bergegas menuju tempat ibu kos berada. Sesampai disana aku di sambut ramah oleh ibu kos.
“Ada apa dit, kamu mau bayar kos?” kata ibu Kos sedikit bercanda
“Bu, saya mau menceritakan sesuatu” kataku serius
“Cerita apa? Jika tentang hal-hal bodoh ibu tidak ada waktu. Kau lihat kan ibu lagi sibuk?”
“Tapi aku minta waktu sebentar bu. Ini akan sangat membantuku”
“Baiklah apa yang ingin kau ceritakan?”
Aku kemudian menceritakan semua kejadian menyeramkan yang aku alami kemarin. Setelah selesai. Raut wajah ibu kos berubah. Rautnya menunjukan keseriusan. Tidak seperti dugaanku dia akan tertawa.
“Mungkin yang kamu lihat adalah Alessana” ujar Ibu kos
“Siapa itu Alessana ?”
Ibu kos menghembuskan nafas panjang.
“8 tahun yang lalu alessana mati di kos-kosan ini diduga dia bunuh diri karena depresi karena ditinggal kekasihnya yang telah meninggal. Dia anak yang cantik. Dia melukai dirinya dengan pisau. Dia mengalami pendarahan hebat. Hingga dia kemudian di temukan mati menggenaskan di kamar mandi. Hingga sampai sekarang orang yang menempati kamar itu selalu diperlihatkan sosok alessana sedang berjalan di kamar mandi. Hingga belum 2 hari menempati kamar itu orang yang menempati sudah angkat kaki dari kamar itu. Tidak tahan. Pernah juga ada orang yang di perlihatkan sosok Alessa yang berlumuran darah dan menyeramkan…”
Setelah ibu kos selesai bercerita aku benar-benar kaget sekaligus shock. Aku berjanji akan pindah kos-kosan besok paginya. Aku sudah tidak tahan.
***
Malam harinya aku masih tidur di kos itu. Rasanya tidak bisa memejamkan mata mengingat kejadian tadi. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Sepi sekali suasana di luar. Mungkin penghuni kos yang lainnya sudah tertidur. Hawa dingin tiba-tiba menyergapku. Hembusan angin dari jendela membuatku mengigil. Kututup jendela itu dan kutarik selimutku supaya membuatku hangat. Aku berusaha memejamkan mataku.
Tetapi, aneh. Kenapa suasana di sini menjadi berubah. Tiba-tiba desiran angin berhembus di belakang tengkakku. Membuatku jadi merinding. Tiba-tiba lampu mati. Suasana benar gelap dan aku sendirian. Aku menggenggam selimutku semakin kencang. Aku tidak berani bergerak.
“PYAARR!!” tiba-tiba ada sebuah benda terjatuh. Bunyinya mengagetkanku. Lalu terdengar bunyi derap kaki. “Tap..Tap..Tap” bunyi itu sepertinya makin mendekat ke arahku. Aku tidak bisa melihat siapa itu karena benar-benar gelap. Jantungku benar-benar berdegup kencang sekali. Keringatku mengalir deras di sekitar tubuhku. Aku mulai melafalkan doa-doa memungkinkan kejadian yang tidak enak yang akan terjadi nanti. Ada yang menaiki kakiku. Seperti sebuah beban berat. Aku tidak berani menggerakan kakikku sedikitpun. Kurasakan ada tangan yang mengelus kakikku. Permukaan kulitnya halus aku bisa merasakanya.
Tiba-tiba lampu menyala. Terlihat seorang wanita sedang menatap kosong ke arahku. Mulutnya berlumuran darah. Matanya terlihat seperti sedang menangis. Dan.. wanita itu berjalan semakin mendekati ke arahku. Badanku serasa beku. Aku ingin berteriak tapi tidak ada suara yang keluar.
“Jangan takuut….” Kata wanita itu lembut
“Aku tidak akan menyakitimu..”
“Aku Alessana, aku hanya ingin menyampaikan pesan buatmu. Tolong aku, aku terperangkap di sini. Bebaskan aku, agar nyawaku bisa tenang di sana. Bakar kalung yang ada didekat lemari. Kalung berliontin huruf ‘A’. tidak ada orang yang tau. Sepi,kotor. tolong akuu… aku mohon..” sosok itu tiba-tiba perlahan menghilang. Dan sekarang yang terlihat hanya gelap. Aku begitu shock.
***
Aku tidak sadar, dan tahu-tahu sudah berada di pagi hari. Rupanya aku pingsan tadi malam. Nyawaku rasanya belum terkumpul semuanya. Aku masih kebingungan. Badanku terasa capek sekali. Aku kemudian bangun melihat jam berapa sekarang. Jam sudah menunjukan pukul 10! Ya ampun.. kali ini aku benar-benar kesiangan. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku bertanya pada diriku sendiri. “Ya tuhan.. apa yang terjadi padaku? Mengapa semua ini terjadi?” aku menghembuskan nafas panjang.
Kemudian aku memikirkan kejadian tadi malam. Wanita yang aku lihat kemarin malam adalah Alessana. Wanita itu membicarakan tentang nyawanya. Nyawanya yang terperangkap di dunia nyata. Dia ingin aku membebaskanya. Dan dia juga membicarakan tentang kalung.. dia menyuruhku untuk mencari kalung dan kemudian membakarnya. Aku bertanya-tanya. Ada apa dengan kalung itu? Kenapa dia ingin aku membakarnya untuk membuat nyawanya bebas? Ahh, tapi aku tidak peduli. Yang terpenting sekarang adalah mencarinya supaya dia dan juga tenang hidupnya. Dia akan terbebas nyawanya menuju alam sana. Dan aku? Tentu saja supaya hidupku tidak diganggu lagi oleh mahluk halus itu.
***
Sudah berjam-jam aku mencari kalung yang di maksud Alessana. Lemari pakaian sudah aku geledah. isinya aku keluarkan semua. Aku cari-cari di sekitar lemari juga tidak ada. Aku bingung. Lemari mana yang di sebut Alessana? Susah sekali mencarinya. Aku memikirkan pesan Alessana lagi. “…Bakar kalung yang ada didekat lemari. Kalung berliontin huruf ‘A’. tidak ada orang yang tau. Sepi,kotor. tolong akuu… aku mohon..”. Kalung yang ada di dekat lemari. Berliontin huruf ‘A’. sepi dan kotor. Tiba-tiba sesuatu terlintas di pikiranku. Kurasa aku sudah menemukan jawabannya. Apa mungkin benar? Jantungku berdegup kencang.
***
Aku sudah sampai di gudang di kos itu. Semoga firasatku benar. Aku mencari barang yang di maksud Alessana. Aku mulai bekerja di sekitar gudang. Banyak debu dan sangat kotor. Aku mulai terbatuk-batuk. Saat aku sedang membuka beberapa bangku yang sudah usang ada tikus yang melewati kakiku. Aku menjerit. Betapa menjijikanya tempat ini. Apa tempat ini tidak pernah di sentuh oleh manusia? Benar-benar menjijikan. Sesaat setelah itu aku melihat lemari besar, cokelat dan tua. Kayu-kayunya sudah lapuk di makan rayap. Firasatku mengatakan agar mendekati lemari itu. Aku segera menggeledah isi lemari itu. Tapi aku tidak menemukan apa-apa. Hanya ada kertas Koran yang sudah lama. Tiba-tiba ada sebuah bola terjatuh dan menggelinding kearah bawah lemari itu. Aku membungkukkan badan untuk mengambilnya. Tapi ketika sampai di bawah, aku tidak lagi menghiraukan bola tadi. Perhatianku tertuju pada kotak cokelat yang terlihat bersih. Aku memungutnya. Perasaanku mengatakan inilah jawabanya. Hatiku berdegup kencang.
Kubuka perlahan kotak itu. Di dalamnya berisi surat. Aku membaca surat itu yang isinya adalah..
“Kepada : Alessana yang kusayangi
Dari : Kekasihmu
Alessana aku benar-benar merindukanmu. Di hari ulang tahunmu yang ke 17 ini maaf aku tidak bisa datang ke tempatmu. Aku hanya bisa memberikan kalung ini. Penyakit leukimiaku sudah mencapai tahap akut. Aku tidak mampu untuk berjalan lagi. Badanku sudah terasa tidak berdaya lagi. Maaf jika sudah mengecewakanmu. Kurasa ini yang terakhir dariku. Akuu….uu mencintttaiymuu..”
Pada akhir kata terlihat bahwa tulisanya berubah menjadi tidak karuan. Aku mendiskripsikan bahwa kekasih Alessana saat menulis kata terakhir itu penyakitnya kambuh. Sehingga kesusahan untuk menulis. Jadi begitu jawabanya. Alessana merasa tidak bebas karena surat dan kalung yang di beri kekasihnya ini. Di kotak itu terdapat kotak kecil lagi berwarna biru tua. Aku membukanya. Ada sebuah kalung berliontin huruf ‘A’ berwarna perak dan mengkilat. Benar-benar cantik.
Tapi aku harus segera membakarnya. Dengan cepat aku melumuri kalung itu dengan minyak tanah. Kemudian membakarnya.
***
Setelah 3 minggu kejadian itu, hidupku terasa tenang. Tidak ada gangguan dari mahluk halus lagi. Aku sudah melupakan kejadian itu. Mungkin Alessana sudah tenang. Tetapi suatu ketika pada malam hari saat aku sedang tertidur, Aku terjaga lagi. Aku melihat bayangan Alessana tersenyum ke arahku. Dia tampak seperti sedang mengatakan sesuatu padaku.
“Terima kasih..Sampai jumpa..” ucapnya
Alessana melambaikan tangan bersamaan dengan itu bayangan Alessana menghilang. Aku tahu Alessana benar-benar tenang sekarang
TAMAT
“Hei siapa yang di dalam?” Kataku sedikit berteriak
Tidak ada jawaban.
“Heii!! Siapa yang di dalam?” kataku agak sedikit marah karena ada orang yang tanpa ijin memasuki kamarku.
Tidak ada jawaban lagi. Kali ini terdengar suara keran menyala
“Aku akan mendobrak pintu ini! Jika kau tidak menjawab” kataku sambil berusaha membuka pintu yang terkunci itu
Kali ini aku benar-benar akan mendobrak pintu ini. Entah yang di dalam laki-laki atau perempuan aku tak peduli. Urusan nanti dimarahi ibu kos karena merusak pintu kamar mandi itu masa bodoh. Aku sudah merasa jengkel sekarang. Dan, BRAAKKK! Pintu kamar mandi berhasil aku buka. Tapi aneh, tidak ada siapa-siapa di dalam. Kemana orang tadi pergi? Di sini tidak ada jalan keluar selain pintu ini. Apa aku yang salah terhadap pandanganku tadi? Ah ngga salah kok. Keran juga menyala seperti habis di pakai oleh seseorang. Lalu siapa orang tadi? Kemana orang itu pergi? Sesaat angin berhembus pelan menyapu bulu kudukku hingga berdiri. Aku merasa takut. Apa yang terjadi di sini?
***
“Eh mbak lihat orang masuk ke sini ga? Pake barju serba merah. Kulitnya putih banget” Tanyaku pada penghuni kamar kos yang lain
“Engga kok. Semuanya tadi pada tidur siang. Ga ada yang keluar kamar atau berjalan di sekitar sini apalagi masuk kamarmu”
“Haah? Beneran mbak?” rasa takut mulai menyelimutiku
“Iya beneran lah. Tadi yang di luar Cuma kita bertiga. Kita ga lagi bengong. Ada apa sih?”
“Ngga apa-apa kok mbak” kataku sekarang benar-benar takut
***
Aku menyeruput kopi panasku, sambil berusaha melupakan kejadian tadi. Kuputuskan Ruri, sahabatku untuk datang menemaniku sekarang.
“Dit, lo kenapa sih kok murung gitu?” Tanya Ruri
“Gue mau cerita sesuatu ma lo” kataku sambil duduk di tempat tidur
“Lo mau cerita apa?” jawab Ruri
Kemudian aku menceritakan semua kejadian tadi. Setelah selesai. Wajah Ruri tampak seperti sedang memikirkan sesuatu. Kemudian dia tertawa ringan dan mencubit pipiku.
“Haha. Dita, dita! Lo tu ada-ada aja. Mungkin lo lagi kecapekan kali makanya jadi kaya gini” kata ruri
“ah, tapi keranya beneran nyala kok, kayak habis di pakai” Jawabku yang tidak setuju dengan pendapat Ruri
“Udah lah dit. Lo tenang aja. Masa ada setan di siang bolong”
Aku tersenyum kecut. Perkataan Ruri memang ada benarnya. Aku merasa sedikit lebih tenang dan lega. Setelah itu aku dan Ruri memutuskan untuk berjalan-jalan di pusat kota. Benar-benar membuatku melupakan kejadian di kos itu.
Malam harinya, badanku terasa capek sekali. Aku kemudian mandi untuk menyegarkan badanku. Kemudian aku menyalakan laptopku sebentar dan mengirimkan e-mail kepada saudaraku. Menanyakan kabarnya di sana. Karena lelah, aku putuskan untuk tidur. Aku mengunci pintu kamarku supaya tidak ada orang yang masuk. Jendela di kamarku kubiarkan terbuka, Karena udara malam itu sedikit panas.
Malam itu kejadian tadi terulang. Antara masih bermimpi atau sudah terbangun aku kembali melihat orang yang berpakaian serba merah memasuki kamar mandiku. Dan bedanya sekarang orang itu berlumuran darah. Aku takut sangat takut. Aku tidak berani membuka mata. Aku putuskan tetap terpejam sambil berdoa.
***
Pagi harinya aku berniat akan menanyakan hal ini kepada ibu kos. Aku sudah tidak tahan terhadap semua ini. Ketakutanku tidak dapat di sembunyikan. Atau jika perlu aku akan pindah kos yang lebih baik. Jauh dari kesan menyeramkan.
Aku juga bertanya-tanya dari mana orang yang berpakaian serba merah kemarin masuk. Pintu kan sudah aku kunci? Masa lewat jendela? jelas tidak mungkin, karena tidak akan cukup jika di lewati orang. Atau jangan-jangan dia bukan orang melainkan..? ketakutanku makin bertambah
Aku bergegas menuju tempat ibu kos berada. Sesampai disana aku di sambut ramah oleh ibu kos.
“Ada apa dit, kamu mau bayar kos?” kata ibu Kos sedikit bercanda
“Bu, saya mau menceritakan sesuatu” kataku serius
“Cerita apa? Jika tentang hal-hal bodoh ibu tidak ada waktu. Kau lihat kan ibu lagi sibuk?”
“Tapi aku minta waktu sebentar bu. Ini akan sangat membantuku”
“Baiklah apa yang ingin kau ceritakan?”
Aku kemudian menceritakan semua kejadian menyeramkan yang aku alami kemarin. Setelah selesai. Raut wajah ibu kos berubah. Rautnya menunjukan keseriusan. Tidak seperti dugaanku dia akan tertawa.
“Mungkin yang kamu lihat adalah Alessana” ujar Ibu kos
“Siapa itu Alessana ?”
Ibu kos menghembuskan nafas panjang.
“8 tahun yang lalu alessana mati di kos-kosan ini diduga dia bunuh diri karena depresi karena ditinggal kekasihnya yang telah meninggal. Dia anak yang cantik. Dia melukai dirinya dengan pisau. Dia mengalami pendarahan hebat. Hingga dia kemudian di temukan mati menggenaskan di kamar mandi. Hingga sampai sekarang orang yang menempati kamar itu selalu diperlihatkan sosok alessana sedang berjalan di kamar mandi. Hingga belum 2 hari menempati kamar itu orang yang menempati sudah angkat kaki dari kamar itu. Tidak tahan. Pernah juga ada orang yang di perlihatkan sosok Alessa yang berlumuran darah dan menyeramkan…”
Setelah ibu kos selesai bercerita aku benar-benar kaget sekaligus shock. Aku berjanji akan pindah kos-kosan besok paginya. Aku sudah tidak tahan.
***
Malam harinya aku masih tidur di kos itu. Rasanya tidak bisa memejamkan mata mengingat kejadian tadi. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Sepi sekali suasana di luar. Mungkin penghuni kos yang lainnya sudah tertidur. Hawa dingin tiba-tiba menyergapku. Hembusan angin dari jendela membuatku mengigil. Kututup jendela itu dan kutarik selimutku supaya membuatku hangat. Aku berusaha memejamkan mataku.
Tetapi, aneh. Kenapa suasana di sini menjadi berubah. Tiba-tiba desiran angin berhembus di belakang tengkakku. Membuatku jadi merinding. Tiba-tiba lampu mati. Suasana benar gelap dan aku sendirian. Aku menggenggam selimutku semakin kencang. Aku tidak berani bergerak.
“PYAARR!!” tiba-tiba ada sebuah benda terjatuh. Bunyinya mengagetkanku. Lalu terdengar bunyi derap kaki. “Tap..Tap..Tap” bunyi itu sepertinya makin mendekat ke arahku. Aku tidak bisa melihat siapa itu karena benar-benar gelap. Jantungku benar-benar berdegup kencang sekali. Keringatku mengalir deras di sekitar tubuhku. Aku mulai melafalkan doa-doa memungkinkan kejadian yang tidak enak yang akan terjadi nanti. Ada yang menaiki kakiku. Seperti sebuah beban berat. Aku tidak berani menggerakan kakikku sedikitpun. Kurasakan ada tangan yang mengelus kakikku. Permukaan kulitnya halus aku bisa merasakanya.
Tiba-tiba lampu menyala. Terlihat seorang wanita sedang menatap kosong ke arahku. Mulutnya berlumuran darah. Matanya terlihat seperti sedang menangis. Dan.. wanita itu berjalan semakin mendekati ke arahku. Badanku serasa beku. Aku ingin berteriak tapi tidak ada suara yang keluar.
“Jangan takuut….” Kata wanita itu lembut
“Aku tidak akan menyakitimu..”
“Aku Alessana, aku hanya ingin menyampaikan pesan buatmu. Tolong aku, aku terperangkap di sini. Bebaskan aku, agar nyawaku bisa tenang di sana. Bakar kalung yang ada didekat lemari. Kalung berliontin huruf ‘A’. tidak ada orang yang tau. Sepi,kotor. tolong akuu… aku mohon..” sosok itu tiba-tiba perlahan menghilang. Dan sekarang yang terlihat hanya gelap. Aku begitu shock.
***
Aku tidak sadar, dan tahu-tahu sudah berada di pagi hari. Rupanya aku pingsan tadi malam. Nyawaku rasanya belum terkumpul semuanya. Aku masih kebingungan. Badanku terasa capek sekali. Aku kemudian bangun melihat jam berapa sekarang. Jam sudah menunjukan pukul 10! Ya ampun.. kali ini aku benar-benar kesiangan. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku bertanya pada diriku sendiri. “Ya tuhan.. apa yang terjadi padaku? Mengapa semua ini terjadi?” aku menghembuskan nafas panjang.
Kemudian aku memikirkan kejadian tadi malam. Wanita yang aku lihat kemarin malam adalah Alessana. Wanita itu membicarakan tentang nyawanya. Nyawanya yang terperangkap di dunia nyata. Dia ingin aku membebaskanya. Dan dia juga membicarakan tentang kalung.. dia menyuruhku untuk mencari kalung dan kemudian membakarnya. Aku bertanya-tanya. Ada apa dengan kalung itu? Kenapa dia ingin aku membakarnya untuk membuat nyawanya bebas? Ahh, tapi aku tidak peduli. Yang terpenting sekarang adalah mencarinya supaya dia dan juga tenang hidupnya. Dia akan terbebas nyawanya menuju alam sana. Dan aku? Tentu saja supaya hidupku tidak diganggu lagi oleh mahluk halus itu.
***
Sudah berjam-jam aku mencari kalung yang di maksud Alessana. Lemari pakaian sudah aku geledah. isinya aku keluarkan semua. Aku cari-cari di sekitar lemari juga tidak ada. Aku bingung. Lemari mana yang di sebut Alessana? Susah sekali mencarinya. Aku memikirkan pesan Alessana lagi. “…Bakar kalung yang ada didekat lemari. Kalung berliontin huruf ‘A’. tidak ada orang yang tau. Sepi,kotor. tolong akuu… aku mohon..”. Kalung yang ada di dekat lemari. Berliontin huruf ‘A’. sepi dan kotor. Tiba-tiba sesuatu terlintas di pikiranku. Kurasa aku sudah menemukan jawabannya. Apa mungkin benar? Jantungku berdegup kencang.
***
Aku sudah sampai di gudang di kos itu. Semoga firasatku benar. Aku mencari barang yang di maksud Alessana. Aku mulai bekerja di sekitar gudang. Banyak debu dan sangat kotor. Aku mulai terbatuk-batuk. Saat aku sedang membuka beberapa bangku yang sudah usang ada tikus yang melewati kakiku. Aku menjerit. Betapa menjijikanya tempat ini. Apa tempat ini tidak pernah di sentuh oleh manusia? Benar-benar menjijikan. Sesaat setelah itu aku melihat lemari besar, cokelat dan tua. Kayu-kayunya sudah lapuk di makan rayap. Firasatku mengatakan agar mendekati lemari itu. Aku segera menggeledah isi lemari itu. Tapi aku tidak menemukan apa-apa. Hanya ada kertas Koran yang sudah lama. Tiba-tiba ada sebuah bola terjatuh dan menggelinding kearah bawah lemari itu. Aku membungkukkan badan untuk mengambilnya. Tapi ketika sampai di bawah, aku tidak lagi menghiraukan bola tadi. Perhatianku tertuju pada kotak cokelat yang terlihat bersih. Aku memungutnya. Perasaanku mengatakan inilah jawabanya. Hatiku berdegup kencang.
Kubuka perlahan kotak itu. Di dalamnya berisi surat. Aku membaca surat itu yang isinya adalah..
“Kepada : Alessana yang kusayangi
Dari : Kekasihmu
Alessana aku benar-benar merindukanmu. Di hari ulang tahunmu yang ke 17 ini maaf aku tidak bisa datang ke tempatmu. Aku hanya bisa memberikan kalung ini. Penyakit leukimiaku sudah mencapai tahap akut. Aku tidak mampu untuk berjalan lagi. Badanku sudah terasa tidak berdaya lagi. Maaf jika sudah mengecewakanmu. Kurasa ini yang terakhir dariku. Akuu….uu mencintttaiymuu..”
Pada akhir kata terlihat bahwa tulisanya berubah menjadi tidak karuan. Aku mendiskripsikan bahwa kekasih Alessana saat menulis kata terakhir itu penyakitnya kambuh. Sehingga kesusahan untuk menulis. Jadi begitu jawabanya. Alessana merasa tidak bebas karena surat dan kalung yang di beri kekasihnya ini. Di kotak itu terdapat kotak kecil lagi berwarna biru tua. Aku membukanya. Ada sebuah kalung berliontin huruf ‘A’ berwarna perak dan mengkilat. Benar-benar cantik.
Tapi aku harus segera membakarnya. Dengan cepat aku melumuri kalung itu dengan minyak tanah. Kemudian membakarnya.
***
Setelah 3 minggu kejadian itu, hidupku terasa tenang. Tidak ada gangguan dari mahluk halus lagi. Aku sudah melupakan kejadian itu. Mungkin Alessana sudah tenang. Tetapi suatu ketika pada malam hari saat aku sedang tertidur, Aku terjaga lagi. Aku melihat bayangan Alessana tersenyum ke arahku. Dia tampak seperti sedang mengatakan sesuatu padaku.
“Terima kasih..Sampai jumpa..” ucapnya
Alessana melambaikan tangan bersamaan dengan itu bayangan Alessana menghilang. Aku tahu Alessana benar-benar tenang sekarang
TAMAT