Secara tiba tiba dinding di ruang tengah bertingkat dua inii bergeter sehingga semua yang ada di dalamnya ikut merasakannya, dan secara tiba-tiba pula bau kemenyan dan bunga kamboja kini mulai tersa menyengat membuat bulu kuduk kami pun merinding.
Memang jika dilihat dari luar, rumah yng memiliki 2 lantai ini dengan
pekarangan yang luas, taman yang tertata rapi,dilengkapi pula dengan
fasilitas kolam renang yang terletak di samping rumah ini, sehingga
tampak begitu megah dan merupakan sebuah rumah idaman bagi siapapun yang
melihatnya.
Namun dibalik kemegahan itu tersimpan misteri, rumah ini memang indah
dan keindahan itupun menutupi kekurangan rumah ini. Begitupula dengan
kami berlima, Dijaman serba susah begini apalagi di Jakarta sebuah kota
metropolitan yang semuanya serba mahal dan tiba-tiba ditawari sebuah
kontrakan yang mewah tapi murah membuat kami tanpa bepikir panjang lagi
langsung setuju untuk menandatangani kontrak dengan pemilik
rumah.apalagi kami hanya mahasiswa yang berasal dari daerah yang masih
bergantung paa orang tua, otomatis kami mencari sesuatu yang murah namun
layak. Untuk mundurpun dari semuanya ini rasanya itupun tak mungkin,
karna uang kontrakan itu rasanya sayag untuk disia-siakan.
Awalnya, aku tidak setuju atas usulan Mirna untuk memanggil dukun
kerumah ini, namun teman teman yang lain menyetujuinya tanpa menyadari
akan akibat dari perbuatan mereka, jadi apa boleh buat akupun
menyetujuinya.
Embah dukun itu duduk bersilah menghadap ke salah satu sudut ruangan,
sekali-kali terdengar semburan dari mulutnya menyemprotkan air ke sudut
ruangan itu. Keempat temanku tampak begitu serius mengikuti perintah
dukun tersebut terlihat dari raut wajah mereka kelihatan begitu tegang.
Mbah dukun itupun tiada henti-hentinya membaca mantra, entah apa yang di
bacanya akupun tidak tahu karna memang aku tidak berniat untuk mendekat
padanya. Aku hanya melihatnya dari jauh, di tangga menuju lantai dua
sebab aku tidak tahan dengan bau kemenyan itu, rasa-rasanya aku ingin
muntah.
Namun tidak berapa lama ritual itupun selesai, mbah dukun itu pulang
dengan peluh yang bercucuran di wajahnya dan keempat temanku pun
tersenyum puas.
“kita akan hidup dengan tenang tanpa gangguan itu lagi” kata Lia.
Akupun hanya bisa tersenyum pasrah mendengarnya sambil berlalu ke dapur
untuk mengambil makanan karna dari tadi sebenarnya aku lapar namun mbah
dukun itu melarangku jauh-jauh dari tempat itu, takut kalau-kalau
terjadi apa-apa padaku, katanya.
kini kami semua duduk di meja makan siap untuk makan setelah beberapa
menit selesai shalat magrib. Sementara jam masih menunjukkan pukul
19:15, tapi entah dari mana datangnya tiba tiba terdengar lolongan
anjing , kami merasakan kembali kecaman itu dan semuanya terdiam
membisu. Tiba-tiba adzan terdengar tandanya shalat isya pun akan segera
dilaksanakan, dan secara tiba-tiba pula lolongan anjing itupun
menghilang, membuat kami merasa lega. Malam ini tidak terjadi apa apa
dan itu membuat temanku berfikir bahwa dukun itu telah berhasil
mengusir para penghuni rumah ini. Namun, malam berikutnya mereka kembali
membuat kami semua ketakutan dan parahnya lagi mereka kini memampakkan
wujud mereka padahal selama ini mereka hanya mengganggu kami tanpa
wujud. Dan malam itu adalah puncaknya.
Malam itu seperti biasa, kami pun tidur di kamar masing masing. Ekitar
pukul 12:00 malam tiba tiba terdengar suara jeritan seorang wanita di
lantai bawah tepatnya di kamar mandi. Aku fikir itu salah satu dari
keempat temanku, maka akupun langsung keluar dari kamar dan berlari ke
bawah, dan keempat temanku sudah berkumpul di dekat tangga, dan suara
itu masih saja terus menjerit lalu kami pun saling pandang. Aku
berfikir, kalau bukan diantara keempat temanku lalu itu suara siapa?.
Dengan hati hati pun kami berjalan menuju kamar mandi, tapi tak seorang
pun dari kami yang membuka pintu kamar mandi tersebut sampai akhirnya
pintu itu terbuka dengan sendirinya.. Dan di dalam kamar mandi, seorang
wanita berambut pirang tanpa busana bersandar pada tembok dengan pisau
tertancap di dadanya dan tembus ke jantung dengan mata melotot,
sementara dari hidung dan matanya mengalir darah segar, sambil tersenyum
menyeringai kepada kami berlima. Tanpa fikir panjang lagi, kami semua
menjerit. Bahkan Anis sampai pingsan, dan kami membawanya agak menjauh
dari tempat itu. Tapi saat kami melihat kearah kamar mandi, tidak
terjadi apa apa di sana. Air yang semula merah darah kini menjadi bening
kembali.
Dan, entah kenapa tiba tiba lampu di rumah itu mati membuat kami semua
ketakutan. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba bermunculan kepala
kepala yang begitu banyak menyerang kami, semuanya memperlihatkan taring
tiba tiba mereka se akan akan kami adalah makanan lezat. Tiba tiba
Mirna dan Susi ikut pingsan, aku dan Lia berusaha keluar dari kepala
kepala tersebut. Saat mereka akan menyerang kami, kepela kepala tersebut
berbalik arah menyerang Anis, Mirna dan Susi yang pingsan. Di depan
mata ketiga teman kami dibunuh, tanpa kami bisa berbuat apa-apa.
Tanpa menunggu lagi aku dan Lia berlari meninggalkan tempat itu, namun
kami dicegat oleh mahklukh yang sangat menyeramkan , tingginya melebihi
tinggi manusia pada umumnyadan di sudut bibirnya tersembul sebuah taring
yang runcing. Aku masih berusaha lari saat mahklukh tersebut menangkap
Lia, namun langkahku terasa berat sekali sehingga mahlukh tersebut
berhasi menangkapku setelah Lia ia bunuh. Aku sudah tak tahu apa yang
terjadi saat mahlukh tersebut menancapkan taringnya ke leherku. Saat
itupun aku tidak merasakan apa apa lagi. Tiba-tiba aku terbangun….
Ternyata aku hanya mimpi.
Kulihat di sekelilingku semuanya tampak serba putih dan di sampingku
kulihat mama tidur disisi ranjang, mungkin karna ia kelelahan
menjagaku.merasakan aku bergerak mamapun terbangun.
“Syukurlah, kamu udah sadar saying”! Tanya mama.
“Apa yang terjadi ma, kenapa aku ada di rumah sakit”? tanyaku pada mama.
“Entahlah, mama sendiri tidak tahu saying, tapi Lia menelfon mama dari
Bandung dan bilang kalau mereka kamu temukan pingsan di dapur saat
kalian melihat-lihat tempat kontrakan” jawab mama.
“Tempat kontrakan……..!” aku berfikir.
“Oh ya ma, sudah berapa lama aku pingsan”! Tanyaku.
“2 hari, emangnya kenapa sayang” jawab mama.
“Trus dimana Lia dan yang lainnya sekarang, dan apakah perjanjian
kontrak tersebut sudah ditandatangani” Tanyaku tanpa menjawab pertanyaan
mama.
“Ya, perjanjiannya udah ditandatangani dan mereka sudah menempati rumah
kontrakan kalian sejak kemarin, besok kamu juga akan mulai tinggal di
sana jika dokter sudah mengijinkan kamu pulang” kata mama.
Tiba tiba aku merasakan sakit pada leherku dan saat kuraba ada dua lubang di sana seperti bekas gigitan!.........