Ketika muncul sebuah pertanyaan dalam lubuk hati masing - masing :
Bidadari terbuat dari apa sihh ?
Di surga ada siapa aja sihh ?
Apa saja yang mereka lakukan di surga ?
Jika lelaki mendapatkan bidadari, lalu wanita bagaimana ?
Apakah benar cerita Jaka Tarub menikahi bidadari ?
Bagaimaa kondisi di surga sana?
Apakah bidadari bersayap seperti iklan axe?
Siapa yang lebih mulia, wanita dunia atau bidadari?
Dan pertanyaan lainnya yang bersangkutan?
( mari kita baca, tapi pertama ingat kondisi diakhirat sana tidak seperti di dunia ini, semoga ada manfaatnya )
>>>>............................<<<<
Ngobrolin bidadari memang asyik. Bikin hati kita berbunga-bunga penuh harap bisa bertemu bahkan memilikinya. Tapi, ketika muncul pemahaman-pemahaman yang keliru tentang bidadari, membuat hati jadi terusik. Ingin meluruskan agar aqidah Umat, khususnya adik-adik kita, selamat dari pemahaman-pemahaman yang muncul dari khayalan-khayalan yang salah. Beberapa pemahaman keliru yang sempat saya catat adalah sebagai berikut:
ANGGAPAN WANITA DUNIA JIKA MASUK SURGA MENJADI BIDADARI
Padahal wanita yang pernah hidup di alam dunia dengan bidadari adalah
dua makhluk yang berbeda. Wanita yang pernah hidup di alam dunia adalah
keturunan Adam dan Hawa sehingga disebut Wanita Bani Adam, sementara
Bidadari bukan keturunan Adam dan Hawa. Bidadari diciptakan dari tetesan
hujan dari awan di bawah Arsy (dalam riwayat lain dari za’faran),
sementara Wanita Bani Adam diciptakan dari tanah.
Berkata Abu Ahwash: kami mendengar dalam suatu riwayat bahwasannya segumpal awan menurunkan hujan di bawah ‘Arsy. Maka dari tetesan-tetesan hujan itulah para bidadari itu diciptakan.
Kemudian masing-masing ditempatkan dalam sebuah kemah di tepi sungai,
luasnya 40 mil. Kemah itu tidak berpintu, sehinggga ketika seorang wali
Allah datang di kemah itu, ternyata kemah itu tidak punya satu pintu
pun. Dengan demikian dia tahu bahwa mata makhluk apa pun yang melihat
mereka, baik itu malaikat maupun para pelayan Surga tidak sampai
mempengaruhi mereka. Bidadari-bidadari itu memang wanita-wanita yang
dibatasi (maqshuuraat), yakni dibatasi pandangan mata mereka dari segala makluk, selain suami mereka.
Wanita Bani Adam menjalani proses dari janin, bayi, anak-anak,
remaja, dewasa, dan tua. Ada yang terbedah keperawanannya, ada yang
tetap perawan hingga ajalnya. Sementara Bidadari diciptakan langsung
jadi gadis perawan dan terus gadis perawan.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.
Penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan
kanan, (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan
segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al-Waaqi’ah [56]: 35-40)
Mungkin, yang menyebabkan kekacauan pemahaman adalah Wanita Bani Adam
yang masuk Surga akan diubah bentuknya menjadi wanita muda dan selalu
muda, usia 33 tahun, cantik, berkulit putih, perawan, penuh cinta, nafsu
dan kekuatan berlipat 100, tidak haid dan tidak melahirkan (kecuali
jika ingin punya anak), tidak kencing dan tidak berak, tidak beringus
dan berludah, tidak pernah tidur, tidak pernah sakit, tidak mati lagi,
dan menjadi istri laki-laki yang masuk Surga, sehingga disangka sama
dengan Bidadari.
PERUBAHAN UKURAN TUBUH, WARNA KULIT, DAN USIA BANI ADAM
Imam Ahmad dan ath-Thabrani meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Penghuni Surga masuk (ke sana) dalam keadaan masih muda, berkulit putih, berambut ikal, bercelak mata, sebaya dengan anak seusia 33 tahun, bentuk mereka seperti Adam, yaitu setinggi enam puluh hasta dengan lebar tujuh hasta.”
NENEK-NENEK JADI GADIS KEMBALI
Abu Bakar bin Abi Syaibah meriwayatkan dari Aisyah
ra bahwa Rasulullah saw pernah didatangi seorang nenek dari kalangan
Anshar. Maka nenek itu berkata, ”Ya Rasul Allah, doakan aku kepada Allah
agar memasukkan aku ke Surga.”
Beliau menjawab, ”Sesungguhnya di Surga tidak dimasuki nenek-nenek.”
Lalu Rasulullah saw pergi shalat, kemudian pulang kepada Aisyah.
Aisyah mengadu, ”Nenek itu merasa sedih dan susah sekali mendengar perkataan engkau tadi.”
Maka beliau bersabda, ”Sesungguhnya memang begitu. Sesungguhnya apabila Allah telah memasukkan nenek-nenek ke dalam Surga, maka mereka diubah-Nya menjadi gadis kembali.”
NAFSU DAN KEKUATAN BERLIPAT 100
Imam Ahmad meriwayatkan dari Zaid bin Arqam, dia
bercerita: Ada seorang Yahudi datang kepada Nabi saw lalu berkata, “Hai
Abul Qasim, bukankah kamu beranggapan penghuni Surga itu makan dan
minum?”
Sebelumnya Yahudi itu berkata kepada teman-temannya, “Kalau Muhammad mengiyakan pertanyaanku, maka aku akan mendebatnya.”
Zaid berkata (melanjutkan ceritanya): Maka Rasululah saw menjawab, “Benar, demi Allah yang menggenggam jiwaku, sesunguhnya tiap orang dari mereka benar-benar diberi kekuatan 100 orang dalam makan, minum, syahwat, dan berhubungan seksual.”
Kata Zaid: maka Yahudi itu berkata, “Sesungguhnya orang yang makan dan minum mesti membuang hajat.”
Rasul bersabda, “Cara membuang hajat tiap dari orang dari mereka
dengan mengeluarkan keringat yang mengucur dari kulit, aroma harumnya
seperti minyak kesturi. Dan tiba-tiba perut mereka menjadi kosong
kembali.”
TIDAK TIDUR
Al-Hafizh Abu Bakar bin Mardawaih meriwayatkan dari Jabir ra, sabda Rasulullah saw, “Tidur adalah saudaranya mati. Dan sesungguhnya penghuni Surga itu tidak tidur.”
Menjadi Istri Laki-laki Bani Adam yang Masuk Surga
Rasulullah saw bersabda:
”Maka seorang lelaki penghuni surga masuk ke sana menemui 72 orang istri (bidadari) yang diciptakan Allah secara langsung dan dua orang istri lainnya dari Bani Adam.
Kedua wanita Bani Adam itu mendapat keutamaan atas lainnya yang
dikehendaki Allah Ta’ala, karena ibadah mereka kepada Allah semasa di
dunia.
Lelaki itu menemui yang pertama dari kedua istrinya itu di sebuah
kamar dari permata yaqut, di atas ranjang dari emas bertahtakan mutiara.
Pada ranjang itu ada 70 tingkat sutra tipis dan sutra tebal. Dan
sesungguhnya laki-laki itu benar-benar meletakkan tangannya di antara
kedua pundak istrinya. Kemudian dia bisa melihat tangannya itu dari dada
istrinya di balik baju, daging, dan kulitnya. Dan sesungguhnya dia
benar-benar dapat melihat sumsum betis wanita itu seperti salah seorang
dari kamu sekalian melihat kawat perak dalam permata yaqut.
Ketika laki-laki itu dalam keadaan demikian, tiba-tiba terdengarlah
suatu seruan: ”Sesungguhnya kami benar-benar tahu bahwa kamu tidak akan
bosan atau membosankan. Tapi ketahuilah, sesungguhnya kamu mempunyai
istri-istri yang lain.”
Maka dia pun keluar, lalu mendatangi istri-istrinya satu persatu.
Setiap kali tiba pada salah seorang dari mereka, maka dia disambut
dengan kata-kata, ”Demi Allah, di Surga ini tidak ada makhluk yang lebih
elok darimu, dan di Surga ini tidak ada makhluk yang lebih aku cintai
selain kamu.” (Hadits ini cukup tsiqat)
ISTRI YANG TIDAK HAID, NIFAS, BERAK, BERINGUS DAN BERLUDAH
Abdulah bin Mubarak meriwayatkan dari Abu Sa’id dari
Nabi saw tentang firman Allah Ta’ala, ”lahum fiiHaa azwaajun
muthaHHarah,” bahwa beliau bersabda, ”(Istri-istri yang disucikan) dari haid, nifas, tinja, ingus, dan ludah.”
Tetapi, Wanita Bani Adam yang masuk Surga tetaplah Wanita Bani Adam.
Hanya saja sudah berubah bentuk menjadi lebih sempurna dibanding ketika
hidup di dunia, dan tidak berubah menjadi bidadari. Perubahan bentuk
tersebut adalah karunia Allah agar Wanita Bani Adam bisa menikmati
kenikmatan Surga dengan kepuasan yang selalu meningkat.
Allah SWT berfirman:
“Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini
dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman
kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah
diri. Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan.”
Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di
dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap
(dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” Dan itulah surga yang
diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 68-72)
Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id , dari Nabi saw bercerita,
“Maka terdengarlah seruan, ‘Sesungguhnya kamu sekalian akan tetap
hidup, tanpa mengalami mati selama-lamanya. Sesungguhnya kamu sekalian
akan tetap sehat, tanpa mengalami sakit selama-lamanya. Sesungguhnya
kamu sekalian akan tetap muda, tanpa mengalami tua selama-lamanya. Dan
sesungguhnya kamu sekalian akan tetap nikmat, tanpa mengalami
penderitaan selama-lamanya.’ Nabi bersabda, “Empat perkara inilah yang
diserukan.’” (HR. Ahmad dan Muslim)
Beberapa contoh Wanita Bani Adam yang masuk Surga yang diberitakan
Rasulullah saw di antaranya: Khadijah binti Khuwailid istri Rasulullah
saw, Maryam binti Imran Sang Perawan ibunda Nabi ’Isa as, Asiyah mantan
istri Fir’aun, Fathimah binti Rasulullah saw, ’Aisyah binti Abu Bakar
istri Rasulullah saw, Hafshah binti ’Umar bin Khaththab, dan wanita
milik Umar bin Khaththab di Surga.
Khadijah binti Khuwailid
Abu Hurairah ra menyatakan bahwa Jibril datang kepada Nabi saw seraya
berkata, “Wahai Rasulullah, Khadijah sedang berjalan kemari. Ia membawa
wadah yang berisi kuah, makanan, atau minuman. Jika ia sampai kepadamu,
maka katakanlah bahwa Tuhannya dan aku menyampaikan salam kepadanya.
Dan sampaikanlah kabar gembira kepadanya bahwa dia akan memperoleh
sebuah rumah dari bambu di Surga, dimana tidak ada kebisingan maupun
susah payah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
MARYAM BINTI IMRAN DAN ASIYAH PEMELIHARA MUSA as
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Fathimah ra banwa dia
pernah bertanya kepada Nabi saw, “Wahai Rasulullah, dimanakah tempat
tinggal ibuku, Khadijah?”
Nabi menjawab, “Di sebuah rumah dari bambu dimana tidak ada
perkataan yang sia-sia maupun susah payah, bersama Maryam dan Asiyah
(mantan) istri Fir’aun.”
“Apakah seperti bambu ini?” tanya Fathimah pula, yang beliau jawab,
“Bukan, tapi dari bambu yang tersusun dengan mutiara besar, mutiara
kecil, dan permata yaqut.” (Hadits gharib)
FATHIMAH BINTI RASULILLAH
Rasulullah Muhammad saw bersabda, “Para pemimpin wanita ahli Surga selain Maryam binti ‘Imran adalah Fathimah, Khadijah, dan Asiyah istri Fir’aun.” (HR. Thabrani)
‘AISYAH BINTI ABU BAKAR
Ibnu Abu Mulaikah menyatakan bahwa ‘Aisyah ra berkata bahwa Jibril
datang kepada Nabi saw (dalam mimpi) dengan membawa gambarnya dalam
sepotong kain sutra hijau seraya berkata, “Inilah istrimu di dunia dan
akhirat.” (HR. Tirmidzi)
HAFSHAH BINTI UMAR BIN KHATHTHAB
Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa Nabi saw menceraikan Hafshah dan
menjatuhkan talak satu kepadanya. Tapi, tidak lama kemudian beliau
merujuknya kembali atas perintah yang dibawa oleh Jibril. Jibril
berkata, “Dia (Hafshah) adalah seorang ahli puasa dan shalat. Dia adalah
istrimu di Surga.”
WANITA MILIK UMAR BIN KHATHTHAB
Dari Rasulullah beliau bersabda: Ketika tidur, tiba-tiba aku bermimpi
melihat diriku berada di dalam Surga dan menyaksikan seorang wanita
sedang berwudhu di samping sebuah istana. Aku lalu bertanya: Milik
siapakah istana ini? Mereka menjawab: Milik Umar bin Khaththab.
Tiba-tiba saja aku teringat akan kecemburuan Umar. Maka aku pun pergi
meninggalkan tempat itu. Lebih lanjut Abu Hurairah ra mengatakan:
Mendengar itu seketika Umar menangis sedang kami semua berada di majlis
tersebut bersama Rasulullah saw. Kemudian Umar berkata: Demi Allah,
wahai Rasulullah, apakah kepada engkau aku cemburu? (HR. Bukhari, Muslim. Ibnu Majah, dan Ahmad)
ANGGAPAN WANITA YANG BERJUANG MENEGAKKAN SYARIAH SEPERTI BIDADARI
Padahal Bidadari tidak berjuang menegakkan syariat Islam, tidak
berdakwah, tidak mengajarkan Islam, apalagi beramar ma`ruf nahi munkar.
Bagaimana akan berjuang menegakkan syariat Islam, karena setelah
diciptakan mereka langsung dipingit dalam kemah-kemah.
Allah SWT berfirman:
“Di dalam Surga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi
cantik-cantik. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam kemah-kemah.” (TQS. Ar-Rahmaan [55]: 70-72)
Bidadari tidak berinteraksi dengan siapa pun. Mereka tersimpan dan
tidak tersentuh tangan makhluk apapun, kecuali oleh suami mereka nanti.
Allah SWT berfirman:
“Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu
memperoleh rezki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah
orang-orang yang dimuliakan. Di dalam syurga-syurga yang penuh nikmat.
Di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada
mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir. (Warnanya)
putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam
khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. Di sisi mereka ada
bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya.
Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.” (TQS. Ash Shaaffaat [37]: 40-49)
“Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (TQS. Ar-Rahmaan [55]: 56-57)
Tugas mereka adalah menunggu kedatangan suami mereka yaitu laki-laki Bani Adam yang akan masuk surga. Mereka bernyanyi.
Dari Ali bin Abi Thalib kw. bahwasannya Rasulullah saw bersabda,
”Dalam Surga ada tempat pertemuan para bidadari. (Di sana) mereka
bernyanyi dengan suara-suara yang tidak pernah didengar semisalnya oleh
makhluk apapun. Mereka melantunkan (lirik-lirik lagu): ’Kami wanita
alam baka, takkan binasa selamanya. Kami wanita ceria, tak kenal susah
selamanya, Kami wanita yang rela, tak kenal murka selamanya. Bahagialah
laki-laki yang menjadi milik kami. (Bahagialah manusia), yang kami milik
dia.’” (Hadits Shahih Riwayat at-Tirmidzi)
Setelah laki-laki Bani Adam masuk Surga, para bidadari tersebut dinikahkan oleh Allah dengan laki-laki tersebut.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan
kenikmatan. Mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka
oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka.
(Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah dengan enak sebagai
balasan dari apa yang telah kamu kerjakan”. Mereka bertelekan di atas
dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (TQS. Ath Thuur [52]: 17-20)
Setelah dinikahkan dengan laki-laki Bani Adam, Bidadari kemudian
melayani hubungan seksual. Kemampuan seksual Bidadari membuat laki-laki
Bani Adam sibuk merasakan kenikmatan seksual yang tiada tara, yang
semakin nikmat dan semakin nikmat.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang
dalam kesibukan (syughul) (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka
berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.” (TQS. Yaasiin [36]: 55-56)
Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan banyak para mufassir lainnya mengatakan, bahwa kesibukan (syughul) penghuni Surga pada ayat ini yang dimaksud ialah membedah keperawanan.
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Abu Hurairah ra,
pernah ditanyakan , ‘Ya Rasulullah, apakah orang lelaki melakukan
persetubuhan di Surga?’ – dan menurut riwayat lain, ‘Apakah kita
menyetubuhi istri-istri kita?’– Rasul menjawab, ‘Demi Allah yang menggenggam jiwaku, sesungguhnya seorang lelaki dalam satu pagi benar-benar menyetubuhi seratus perawan.’” (HR. al-Bazzar, al-Qurthubi, dan Ibnu Majah)
Jika Bidadari diibaratkan dengan wanita Bani Adam yang berjuang
menegakkan Syariat Islam, tentu hal ini tidak saja sangat jauh dari
fakta, namun juga melecehkan perjuangan wanita Bani Adam, baik dalam
urusan pribadi maupun dalam urusan masyarakat bahkan negara.
Dalam urusan pribadi, wanita Bani Adam melakukan shalat, puasa, dan
ibadah. Sementara (sejauh ilmu yang saya punya) Bidadari tidak shalat,
puasa, dan ibadah lainnya. Dalam urusan rumah tangga, para wanita Bani
Adam berusaha mengatur urusan rumah tangganya walau terkadang sangat
melelahkan. Mana ada Bidadari yang ngepel lantai, mencuci pakaian,
menjahit celana yang robek, dan memasak. Belum lagi wanita Bani Adam
mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh, dan mendidik anak, yang
tidak pernah dilakukan para Bidadari. Padahal semua aktivitas itu
berbuah pahala jihad fi sabilillah, sebuah ibadah yang paling agung.
Dalam urusan masyarakat dan negara, wanita Bani Adam bersedekah,
menolong saudaranya yang kesusahan, mendakwahkan Islam, mengajarkan
Islam, beramar ma`ruf nahi munkar kepada siapa pun termasuk kepada
penguasa. Semua itu tidak dilakukan oleh para bidadari.
Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang
mukmin, lelaki dan perempuan,
(akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal
mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga
‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan
yang besar.” (TQS. At-Taubah [9]: 71-72)
Rasulullah saw bahkan menyampaikan bahwa Wanita Bani Adam lebih utama
dibanding bidadari. Ada sebuah hadits yang cukup panjang dari Ummu
Salamah.
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ummu Salamah ra, dia berkata,
Saya berkata, ”Ya Rasulullah, beritahu saya mana yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari?”
Beliau bersabda, ”Wanita dunia lebih utama daripada bidadari, seperti utamanya zhahir atas batin.”
Saya bertanya, “Ya Rasulullah, karena apanya?”
Beliau menjawab, ”Karena shalat, puasa, dan ibadah mereka kepada
Allah. Allah memberi cahaya pada wajah mereka, dan mengenakan sutera
pada tubuh mereka. Warna kulit mereka putih, pakaian mereka hijau,
perhiasan mereka kuning, pedupaan mereka mutiara, dan sisir mereka emas.
Mereka berkata, ”Kami adalah wanita-wanita abadi, tidak akan mati. Kami
adalah wanita-wanita bahagia, tidak akan miskin selama-lamanya. Kami
adalah wanita-wanita penduduk tetap, tidak akan pindah selama-lamanya.
Dan ketahuilah, kami adalah wanita-wanita yang telah ridha, tidak akan
marah selama-lamanya. Berbahagialah orang yang menjadi milik kami, dan
kami menjadi miliknya.”
Dengan demikian, lagu-lagu, syair-syair, dan perumpamaan-perumpamaan
yang mengibaratkan wanita pejuang syari’ah dengan bidadari, selain jauh
dari fakta dan melecehkan arti perjuangan, juga menyalahi Aqidah Islam.
ANGGAPAN ADA BIDADARI DI DUNIA
Mungkin yang dimaksud “ah itu kan cuma pengibaratan, bukan makna yang
sebenarnya”. Maka pengibaratan pun harus sesuai fakta atau jika Allah
dan Rasul-Nya yang memberi pengibaratan, karena Allah dan Rasul-Nya
lebih tahu hakekat segala sesuatu dibanding kita yang sangat terbatas
pengetahuannya.
Misalnya Rasulullah saw pernah mengibaratkan masyarakat ibarat
penumpang sebuah kapal. Maka kita boleh mengatakan bahwa negara ini
sudah seperti kapal yang sudah berlubang di sana sini tinggal tunggu
tenggelamnya saja. Atau Khalid bin Walid oleh Rasulullah saw digelari
Pedang Allah yang terhunus. Maka kita boleh mengatakan ke musuh Islam
bahwa kami akan kirimkan pedang yang terhunus, walaupun yang dimaksud
adalah pasukan perang.
Sementara sepanjang pengetahuan saya, Rasulullah saw tidak pernah memakai bidadari (huurun ’in/
yang bermata jeli) untuk mengibaratkan sesuatu. Yang ada Rasulullah saw
mengibaratkan rumah beliau seperti surga beliau dengan sabdanya ”Baytiy
Jannatiy”. Rasulullah saw tidak pernah menyifati istri-istri beliau
dengan bidadari. Hadits-hadits yang ada memberi kabar bahwa para ummul
mu`minin akan menjadi istri Rasulullah saw di Surga nanti. Inilah yang
harus dipakai.
ANGGAPAN MENIKAH DENGAN BIDADARI DI DUNIA
Adapun mengibaratkan istrinya yang baru dinikahinya dengan bidadari,
hanya karena istrinya memakai kerudung, lalu ia memberitahu ke temannya
bahwa ”saya baru saja menikah dengan bidadari”, tentu hal ini sangat
keliru.
Karena bidadari memang memakai kerudung.
Rasulullah saw bersabda, ”Andaikan ada seorang wanita penghuni
surga mengintip ke bumi, niscaya dia menerangi ruang antara bumi dan
langit, dan niscaya aromanya memenuhi ruang antara keduanya. Dan
sesungguhnya kerudung di atas kepalanya lebih baik daripada dunia seisinya.” (HR. Bukhari)
Namun bidadari itu dinikahkan di Surga yang terletak di atas Langit
Dunia. Bukan di kota manapun yang berada di bawah Langit Dunia. Bidadari
dinikahkan setelah Kiamat tiba, bukan dinikahkan sebelum Kiamat tiba.
Bidadari dinikahkan oleh Allah, bukan oleh wali nikah yang hanya seorang
manusia.
ANGGAPAN ADA BIDADARI TURUN DARI KAHYANGAN
Ini adalah khayalan dalam cerita Joko Tarub. Pelangi dikhayalkan
sebagai jembatan para bidadari yang turun ke bumi untuk mandi di sebuah
telaga. Lalu Joko Tarub mencuri selendang salah seorang bidadari
sehingga ia tidak bisa terbang lagi ke Surga.
Khayalan ini jelas bertentangan dengan aqidah Islam. Karena bidadari
tidak akan keluar dari Surga. Sehingga tidak ada bidadari yang mandi ke
bumi. Hadits di atas pun menggunakan kata “andaikan” sekedar untuk
memberi gambaran bagaimana cahaya dan aroma bidadari. Artinya tidak ada
bidadari turun ke bumi, apalagi mempertontonkan aurat untuk mandi di
telaga sebagaimana banyak digambarkan di lukisan-lukisan di tanah Jawa.
ANGGAPAN BIDADARI BERSAYAP
Tidak ada kabar dari Allah dan Rasul-Nya bahwa Bidadari bersayap.
Adapun yang bersayap adalah malaikat. Itupun bentuk dan bahan sayap para
malaikat pun termasuk ghaib, apakah seperti sayap burung, sayap capung,
sayap lebah, atau lainnya, wallaahu a’lam.
Oleh karena itu ketika ada Sinetron “Bidadari” yang menggambarkan
bidadari yang bersayap dan jalan-jalan ke dunia menolong manusia, tentu
hal itu merusak aqidah Umat. Bukan tidak mungkin ada kaum muslimin yang
terpengaruh oleh sinetron ini. Adapun yang bersayap dan menolong manusia
adalah malaikat. Itu pun manusia tidak bisa bercakap-cakap dengan
malaikat.
CANTIK SEPERTI BIDADARI
Ada juga lagu Bidadari Bidadari untuk menggambarkan wanita yang
cantik. Ini juga tidak bisa dipakai, karena –sekali lagi- karena dalam
faktanya wanita paling cantik yang pernah ada di dunia (sebut saja
Cleopatra atau Lady Diana) tidak sebanding dengan kecantikan bidadari.
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ummu Salamah ra, dia berkata,
Saya pernah bertanya, ”Ya Rasulullah, beritahu saya tentang mereka
yang diceritakan Allah Ta’ala dalam firmanNya, ”Dan (dalam surga) ada
bidadari-bidadari yang bermata jeli.” (QS. al-Waqi’ah: 22).
Beiau bersabda, ”(mereka adalah) bidadari-bidadari yang bermata jeli.
Pelupuk mata bidadari-bidadari itu (selalu berkedip-kedip) bagaikan
sayap burung nasar.”
Saya berkata, ”Beritahu saya tentang firman-Nya, ”Laksana mutiara yang tersimpan dengan baik.” (QS. al-Waqi’ah 23).
Beliau bersabda, ”(Mereka berkulit) jernih sejernih mutiara yang
tersimpan dalam kerangnya, yang belum tersentuh tangan-tangan
(manusia).”
Saya berkata, ”Ya Rasulullah, beritahu saya tentang firman-Nya ”Di
dalam Surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik lagi cantik
jelita.” (QS. ar-Rahman: 70)
Beliau bersabda, ”(Mereka) baik akhlaknya, cantik jelita wajahnya.”
Saya berkata, ”Ya Rasulullah, beritahu saya tentang firman-Nya,
”Seolah-olah mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik.” (QS.
ash-Shaffat: 49)
Beliau bersabda, ”Kelembutan mereka selembut selaput dalam telur yang
ada di balik cangkangnya, yaitu kulit ari yang lekat pada putih telur.”
Yang bisa menandingi bahkan melampaui bidadari hanyalah wanita Bani Adam yang masuk Surga. Semoga itu adalah anda